Jumat, 25 Maret 2016

SEDIH

Semua file laptop hilang ketika di restart ulang.
SEDIH
cuma ingin cerita kaya begitu saja, gak ada yang lain. hiks hiks hiks

Senin, 29 Februari 2016

Curug Sumba Ditanah Purbalingga

Aku jadi teringat pulau Sumba yang berada  diluar pulau jawa (red Nusa Tenggara Barat), dimana pulau ini sangat eksotis dengan pantai biru nan cantik. tapi ini lain loh bro! aku mau cerita tentang sebuah curug, yang lokasinya di desa Tlahab, Purbalingga, Jawa Tengah.

Namanya memang curug sumba, debit air yang jatuh tidak terlalu banyak tapi yang menyita perhatian aku adalah kolamnya berwarna biru. Entah karena kolamnya memang dalam dan airnya jernih terus cahaya yang menyinari kolam tersebut cukup banyak sehingga sikolam memantulkan warna biru, atau mungkin karena plankton. whatever!!! aku gak terlalu mempermasalahkan hal tersebut yang terpenting INDAH!!!

Curug Sumba
Sudah aku jelaskan sebelumnya bahwa curug ini terletak di desa Tlahab, Purbalingga, Jawa Tengah. Lokasinya bagi aku tidak terlalu jauh dan tidak terlalu menyita banyak tenaga. Karena dari jalan raya diteruskan masuk kesebuah gang dimana kanan dan kiri merupakan sebuah sawah yang terakhir aku kesana ditanami oleh pohon jagung. Kemudian dari gang tersebut aku mengedarai motor hanya sekitar 200m, setelah itu motor diparkirkan disebuah jembatan karena posisi curug ini memang ada dibawah jembatan tersebut. Dari tempat parkir, aku lanjutkan dengan jalan kaki dan itupun  kira-kira hanya 100m saja. Coba deh dibayangin cape gak sih? (kalau cuma ngebayangin doang sih gak cape! iya kan brooo? hahaha)

oh iya, sekedar bercerita ditahun 2015 dimana waktu itu musim kemarau. Aku dan teman-teman mecari curug ini. kami naik motor melewati jembatan yang udah diceritain diatas, kemudian kita tersesat kesebuah bukit dimana track bukit tersebut sangat jelek untuk motor metik aku, kalau aku kasih bintang ya! jalan itu aku kasih 2 dari 5 bintang! gila aja broo kita sampe berpapasan dengan sekawanan sekumpulan manusia yang lagi latihan motor trail. FVCK YEAAHH padahal mah dari jalan raya cuma sekitar 200m menuju jembatan itu bro sedih gak sih broo? mana curug plus kolamnya kering!!! Lengkap dah penderitaan aku (aku sih yang mederita, gak tau deh teman-teman yang lain) tapi, insting aku sebagai photographer (JAAAH) ada hal unik, langka dan menarik untuk dijadikan sebuah objek foto. mhehehe (ketawa ala  nenek lampir)

 ya udeh cekidot aja foto-fotonya yah, mulai dari curug sumba waktu musim kemarau sama lagi musim hujan.

mencicipi kolam curug sumba

kita bisa gelantungan loh!!

berdamai dengan alam, take off your pant!

ini foto waktu curug sumba mengering

bertemu dengan ana-anak yang sedang bermain di bukit lalu berbaik hati menunjukan curug sumba. akhirnya kita bermain dilain tempat

anak sungai

tanpa mereka mungkin kita tidak bias menemukan curug sumba, yang sebenarnya curug tersebut sudah mengering karena musim kemarau yang berkepanjangan di daerah Purbalingga
katantaya ini untuk menangkap ikan

Rabu, 27 Mei 2015

Perjalanan menuju Puncak Sikunir yang Tak Berwarna

            Judulnya sedikit frontal banget ya? Sikunir adalah spot paling baik untuk mendapatkan golden sunrise mana mungkin tidak berwarna lagi. Sebetulnya judul tersebut adalah sebuah ungkapan kekecewaan terhadap diri sendiri karena tidak mampu melihat jadwal yang tepat untuk mendapatkan matahari terbit di Sikunir. *huft*

        Berawal dari sebuah percakapan menjadi sebuah rencana yang cukup mendadak bersama Ridwan dan Neni, kita hanya memerlukan waktu 1 jam setelah percakapan itu selesai untuk mempersiapkan diri melakukan perjalan yang cukup jauh ke Puncak Sikunir, Wonosobo. Jadilah kita kumpul jam 12 malam di Kontrakan saya dan secara kebetulan Pey datang "Wei Mang ayo ikut ke Sikunir!!" ajak Ridwan. "Serius berangkat jam segini?! ya udah tunggu, aku balik dulu mau bawa tas" jawab Pey. selang 15 menit Pey kembali ke kontrakan saya, kita langsung saja berdoa untuk mengawali perjalan kita.

         Purwokerto - Sikunir cukup jauh, perjalan menggunakan motor bisa ditempuh minimalnya 3 jam apabila suasana jalan sepi namun lama perjalanan kami sekitar 3 jam lebih 30 menit, maklum badan sempat menggigil hampir hiportemia ketika sudah mendekati parking area. Saya sendiri mulai panik dengan keadaan tubuh saya sendiri, bernafas dan menelan ludah sendiri itu susah sekali padahal kami belum sampai di parking area Sikunir. Untungnya saya sedia obat meskipun hanya  Antangin JRG (gak boleh ngiklan) sadar saya menjalankan motor dari Purwokerto tidak menggunakan sarung tangan, akhirnya saya pun membelinya dijalan sekedar untuk menghangatkan tangan saya.
Setelah sampai di parking area Sikunir, lansung saja kami mendaki menuju puncak Sikunir.

"Gelap Pey, kamu bawa flash light gak?" saya bertanya kepada Pey "engga A! AA sih dadakan sekali aku jadi lupa, coba tanya Ridwan barangkali bawa." "Wan, bawa flash light??" "engga bawa AA, ini pake flash hp aja" "dodol sama aja kali, itu namnaya flash light juga! makasih ya Wan." Akhirnya saya bisa melihat jalan sendiri meskipun cahaya dari flash handphone kurang terang. Ditengah perjalanan tiba-tiba turun hujan rintik-rintik, entah memang hujan betulan atau hanya dari embun. Apapun itu yang jelas pertanda buruk bagi rencana kita yang ingin melihat matahari terbit. "Pey ada air turun dan kabutnya tebal sekali, kayanya kita gak bisa melihat matahari terbit, 101% yakin sumpah Pey!" "ya udah A, sekarang yang penting naik ke puncak, eh A lihat si Ridwan sama Neni?" "wah iya! buset dah mereka lagi pacaran tertinggal jauh di belakang kita Pey!" "ya sudah di tunggu dulu saja A" "bukan disini lah, diatas saja, nanti malah menghalangi jalan pendakian, tuh lihat sempit." akhirnya kita melanjutkan pendakian kita, setelah sampai di puncak kita menunggu mereka hampir 15 menit, akhirnya kita mulai panik dan memanggil mereka "Ridwan !!! anak kontrakan P3!! Ridwan!!" berkali-kali kita berteriak sampai sekiranya cahaya cukup untuk setiap manusia bisa melihat wajah orang yang ada dihadapannya, saya dan Pey akhirnya berhenti dan memilih bungkam karena malu. "ya sudah lah, tinggal saja. ayo kita pacaran (ya kali kita gay) foto-foto Pey!" "iya A, nanti juga ketemu." 

Meskipun keadaan disana berselimut kabut tebal tapi saya tetap semangat menjepret frame demi frame menggunakan kamera saku/pocket/digital (whatever istilahnya apaan :D haha)

Pey!! kabutnya sangat tebal terlihat langit terlukis warna emas namun  terhalang kabut tebal *sad*
Tetap semangat meskipun kabut sangat tebal *cheers*
Suasana Sikunir dikala Kabut tebal menyelimuti 
Inilah maksud "sikunir tak berwana lagi" gak ada sunrisenya cuy!! *sad*

Jurang Sikunir

Akhirnya Kita turun ke parking area. Sampai saat itu kita tidak menemukan Ridwan dan Neni
Parking area letaknya tidak jauh dari danau
    Setelah puas foto-foto di atas puncak, saya dan Pey belum menemukan Ridawan dan Neni sehingga memustukan untuk turun, karena matahari diperkirakan sudah naik artinya sudah tidak ada kesempatan melihat matahari terbit. Diperjalanan kami lirik kanan dan kiri mengamati sekitar sipa tahu ada Ridwan dan Neni lagi berciuman (hahaha) Nyatanya sampai di area parkir kita tidak menemukan mereka. Sampai pada akhirnya ketika saya dan Pey menikmati sate kentang khas Sikunir terlihat dua sosok yang kita ketahui bernama Ridwan dan Neni "woy darimana aja kalian?" "ini a, Neni gak kuat naik sampai puncak!" "ohh kirain pacaran berdua peluk-pelukan kemana? lah ini kalian baru turun? " "Iya" jawab Ridwan dan Neni serempak. akhirnya kami memutuskan untuk duduk sebentar disamping danau.
Mie ongklok khas Wonosobo
      Hari semakin siang sekitar jam 7 kami pun berangkat ke Telaga Warna, untuk mencoba tidur disana karena semalam belum tidur sama sekali. Sekiranya sudah cukup fresh kita lanjutkan mencari sarapan, akhirnya kita putuskan untuk membeli mie ongkolok khas daerah Wonosobo.
Tempat tidur gratis, selain Hotel Pertamina. lumayan teduh untuk mengistirahatkan badan. difoto terlihat saya disebalah kanan Neni dan Ridwan di sebelah kiri
Sekian cerita perjalanan saya, sekedar tips apabila melakukan perjalanan haruslah terencana meminimalisirkan hal yang tidak kita inginkan terjadi; *cheers* salam!

Senin, 25 Mei 2015

Curug Carang Akhirnya Menampakan Diri Dari Persembunyiannya

      Baturraden memang tidak ada matinya! anugerah Tuhan sang pencipta alam telah memberkahi daerah ini dengan begitu banyak pesona alam. khusunya curug (air terjun) yang jumlahnya sangat banyak, salah satunya adalah Curug Carang dimana masih belum banyak orang tahu keberadaanya. Saya, Om Iyan, Mas alif, Adit, dan Dika pergi kesana tanggal 5 Mei 2015.

        Bermula kami berkumpul di sebuah SPBU daerah Pabuaran jam 9:30 dan sampai di Desa Kemutug Kidul, Kecamatan Baturraden kurang lebih 30 menit. Disana kami menitipkan motor di rumah warga, sungguh warga desa yang sangat ramah menyambut kedatangan kami, walupun sebenarnya saya belum terlalu mengerti bahasa ngapak banyumasan jadi saya hanya bisa melemparkan senyum tebaik saya saja. *smile*

           "Dalane angel, kowe pada kudu nggawa tali nggo nuruni tebing. Nggo jaga-jaga men selamet." tutur warga setempat yang artinya jalannya susah, kalian harus membawa tali untuk menuruni tebing. untuk jaga-jaga agar selamat. Kaget sekali ketika salah satu warga menyarankan untuk membawa tali yang pastinya akan sedikit lebih ekstrim dari dugaan. saya langsung melihat kostum diri sendiri, saya hanya memakai celana pendek dan sandal jepit yang sering aku pake keluar masuk kamar mandi. "Aduh saya salah kostum ini!" celetuk saya, mereka hanya bisa tertawa puas.

Pesona keindahan Curug Carang
      Petualangan pun di mulai, saya memutuskan untuk tidak memakai sandal. karena percuma saja memakai sandal, yang ada nanti saya terpeleset atau bisa jadi tali sandalnya putus. Benar-benar track diluar dugaan, saya pikir track Curug Carang ini seperti Curug Telu yang sangat mudah sekali untuk dilalui, nyatanya saya harus menyebrangi sungai, menuruni tebing, meloncat-loncat diantara bebatuan besar seperti latihan ninja. asik sih, tapi akan lebih asik lagi jika saya memakai sepatu gunung, perjalanan pasti akan lebih mudah dan nyaman. *legowo nerimo nasib*

Kami sungguh menikmati perjalanan yang sudah disediakan oleh alam, sekumpulan kupu-kupu berwana kuning berterbangan ketika tempat mereka berkumpul terinjak oleh kaki Om Iyan. Saya mendengar suara burung, suara dari dedaunan pohon bambu yang tertiup angin menambah sensasi relaxasi menembus alam pikiran bawah sadar saya. Ditengah perjalanan, sandal Dika ternyata putus "welcome to the club nyekerss Dika!!" dalam hati sebenarnya saya sangat senang sekali karena ada teman yang bisa merasakan sensasi pijatan batu kerikil di sepanjang perjalanan menuju Curug Carang. *laugh*

         Setelah kami sampai di Curug Carang, saya latunkan dengan keras "Allahu Akbar!!! Allah maha besar!" sungguh pemandangan yang sangat mempesona kami sampai diwaktu yang tepat dimana sinar mentari menerangi ekosistem disekitar Curug Carang. *tear* tak lupa saya segera mengaktifkan kamera digital andalan saya, frame demi frame saya tangkap memanfaatkan momen cahaya yang sedang menyinari alam ciptaan Tuhan yang masih tersembunyi dan masih jarang disentuh manusia. Lansung saja ini lah hasil jepretan saya menggunakan kamera saku.

Adit berpose dihadapan Curug Carang
Ekosistem curug yang masih alami dan jarang dikunjungi orang
Mas Alif dan Om Iyam si pasagan mesra :D
Adit sedang duduk disela perjalan dengan latar Curug Carang
Track yang sungguh luar biasa indah, dengan latar pemandangan Curug Gagak
Sungguh ekosistem yang masih terjaga, Curug Carang memang indah sekali

Minggu, 24 Mei 2015

Bermain di Pantai Surumanis

Masyarakat lokal hendak memancing di Pantai Surumanis
Surumanis with love

Bermain di pantai
Bermain di tepi Pantai Surumanis
Pantai Surumanis, Kebumen
With you
Pantai ini masih sangat sepi, kami bebas mau berbuat apa saja. mau guling-guling atau kayang juga gak ada yang akan memperhatikan kita. :D

Suasana menjelang pergantian waktu, pantai ini masih sepi.

Indahnya Suasana Sunset Di Pantai Karang Agung

Pantai Karang Agung, Kebumen.
Om Budi dan kameranya si pemburu sunset
Suka cita Mas Alif menyambut pergantian waktu
Pantai Karang Agung
Ada batuan berbentuk kristal, Batu ini ditemukan oleh teman saya Yofie. Unik dan pas untuk dijadika kenang-kenangan dari Pantai Karang Agung.

Golden, Mas Dodo
Pantai Karang Agung begitu indah dan mempesona dikala sunset tiba
Ekosistem Pantai Karang Agung
Dari Ujung ke Ujung suasana Pantai Karang agung